<h3> <img align="left" height="100" style="margin-right: 10px" width="100" /><span style="font-size: 18px;"><span style="color: rgb(255, 0, 0);">Mencegah Stunting</span></span></h3> <p> <span style="font-size: 10px;">Materi : BKKBN Pusat - DP2KBP3A</span></p> <p> <span style="color: rgb(165, 42, 42);">A. Tantangan Besar Bagi Kuaalitas SDM Di Seluruh Tahap Kehidupan</span></p> <p> Visi pembangunan kualitas SDM Indonesia masih harus diterjemahkan secara tajam dan maksimal kedalam program dan aktivitas, karena jika dibandingkan dengan negara-negara lain, kualitas SDM Indonesia masih jauh tertinggal. HGal ini terlihat antara lain dari rendahnya bahkan menurunnya peringkat Indeks POembangunan Manusia (IPM) atau Human development Index (HDI). Laporan HDI 2016 mencatat , IPM Indonesia pada 2015 berada diperingkat 113, turun dari posisi 110 di 21014 dari 188 negara.  Salah Satu faktor yang menyebabkan penurunan ini adalah kondisi gizi kronis, Situasi gizi kronis ini menghasilkan kondisi gagal tumbuh dari Balita (stunting) atau yang umum dikatakan  pertumbuhan tinggi badan yang lambat bahkan lebih condong pendek.Stunting terjadi baik dari kalangan yang berpendapatan rendah maupun  tinggi dan disebabkan oleh kekurangan gizi dalam waktu yang lama pada periode 1.000 hari pertama kehidupannya (saat mulai lahir) :</p> <p> 1. Pola asuh yang tidak sesuai menyebabkan kurangnya asupan gizi.</p> <p> 2. Pola hidup yang tidak bersih (BAB sembarangan) menyebabkan infeksi bakteri/kuman.</p> <p> Kondisi ini juga kemudian dipernuruk dengan kenyataan bahwa di Indonesia masih banyak terjadi perkawinan anak yang menghasilkan kehamilan di usia yang sangat muda yakni usia ketika pertumbuhan biologis dan psikologisnya belum matang. Hal ini mengakibatkan rendahnya kualitas kehamilan dan rendahnya pola asuh orang tua yang sesungguhnya secara psikologis masih anak-anak terhadap bayinya.</p> <p> Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan bahwa terdapat 23,2 persen kehamilan di usia 10-19 tahun. Perkawinan dan kehamilan di usia tersebut terbukti memiliki resiko sangat besar melahirkan bayi stunting. Ibu yang menikah di usia 15-19 tahun saja 42,2 persen diantaranya melahirkan balita pendek (stunting) Semakin muda usia perkawinan semakin besar resiko melahirkan bayi pendek.Akibat stunting dan problem gizi ini mempengaruhi status kesehatan dan kecerdasan di setiap tahap kehidupan seseorang, sejak dikandung, saat dilahirkan, masa balita dan sekolah, masa remaja dan muda serta saat seorang perempuan hamil.</p> <p> ===============================================</p> <p> <span style="font-size: 16px;"><span style="color: rgb(0, 0, 205);"><strong>             <em>Catatan penting</em> !</strong></span></span></p> <p> <span style="color: rgb(255, 0, 0);">              " Apa itu stunting ? Stunting adalah kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama, sejak konsepsi, kehamilan hingga usia 2 tahun, dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak".</span></p> <p> <span style="color: rgb(255, 0, 0);">Gagal tumbuh bisa terjadi dalam masa kandungan (IUGR = Intra uteri Growth Retardation) serta saat lahir (BBLR = Berat Bayi Lahgir Rendah, kurang dari 2,5 kg).</span></p> <p> <span style="color: rgb(255, 0, 0);">Bayi atau anak yang stunting akan tetap tumbuh namun garis pertumbuhannya akan tetap berada di bawah bayi atau anak dengan gizi baik.</span></p> <p> <span style="color: rgb(0, 0, 255);">Dampak stunting di tingkat Negara :</span></p> <p> <span style="color: rgb(0, 0, 255);">Menghambat pertumbuhan dan ekonomi produktivitas pasar kerja-----------hilangnya 11% GDP.</span></p> <p> <span style="color: rgb(0, 0, 255);">Mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20 %</span></p> <p> <span style="color: rgb(0, 0, 255);">//Sumber:  Diolah oleh Tim Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dari laporan World Bank Investing Inearly Years Brief, 2016.//</span></p> <p>                                                                                                                                  ==========================================================</p> <p> <span style="color: rgb(165, 42, 42);">B. Dampak Stunting Bersifat Multisektor.</span></p> <p> Stunting tidak saja berdampak pada anak yang mengalaminya saja. Namun dampaknya sangat luas, diantaranya :</p> <p> 1. Pada tingkat individu stunting berdampak pada terhambatnya perkembangan otak dan fisik, rentan terhadap penyakit, ketika dewasa mudah menderita kegemukan sehingga rentan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit tidak menular (hipertensi, diabetes, jantung dll) serta sulit berprestasi sehingga daya saing individu rendah.</p> <p> 2. Di tingkat masyarakat dan negara, strunting kemudian mengahambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan angka kemiskinan dan kesakitan sehingga beban negara meningkat, ketimpangan sosial dan menurunkan daya saing dengan negara lain.</p> <p> <span style="color: rgb(165, 42, 42);">C. Apa manfaat melakukan pencegahan stunting.</span></p> <p> Jika seluruh lapisan masyarakat dan pelaku pembangunan multi sektor melakukan upaya yang memfasilitasi kondisi di atas maka salah satu amanat terbesar dalam pembangunan dapattercapai yaitu terbentuknya generasi SDM yang sehat, tangguh dan berprestasi :</p> <p> 1. Menurunnya tingkat kesakitan/kematian bayi dan anak.</p> <p> 2. Meningkatnya perkembangan kognitif, motorik dan sosio emosionalk.</p> <p> 3. Meningkatnya prestasi dan kapasitas belajar.</p> <p> 4. Meningkatnya kualitas orang dewasa.</p> <p> 5. Menurunnya obesitas dan penyakit tidak menular.</p> <p> 6. Meningkatnya kapasitas kerja dan produktivitas.</p> <p> Pada gilirannya ini akan mengurangi angka kemiskinan, mengurangi beban negara untuk mengeluarkan biaya kesehatan, menghilangkan kesnjangan dan menyiapkan Indonesia dalam menghadapi persaingan di era pasar bebas dan dapat memaksimalkan manfaat bonus demografi yang sebentar lagi akan dialami,</p> <p> <span style="color: rgb(165, 42, 42);">D. Apa yang harus dilakukan untuk mencegah Stunting.</span></p> <p> 1. Saat ini tengah ada upaya perubahan di tingkat nasional untuk merevisi pertauran mengenai usia perkawinan karena sudah banyak bukti menunjukkan perkawinan anak/remaja akan membawa banyak dampak negatif. Hal ini pada gilirannya akan berdasmpak negatif juga pada pencapaian IPM daerah. Oleh karena itu daerah perlu mendorong Pendewwasaan Usia Perkawinan (PUP), sehingga mencapai usia minimal 21 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria. Menurut pakar gizi Prof. dr. Fasli Jalal, Dewan Pembina Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), hal itu bisa mengurangi stunting sekitar 30 persen.</p> <p> 2. Memeasukkan kecakapan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana pada kursus calon pengantin, untuk mempersiapkan para calon pengantin agar siap melahgirkan generasi berkualitas.</p> <p> 3. Meningkatkan investasi daerah pada Program Bina Keluarga Balita (BKB). Bina Keluarga Balita adalah  upaya pembinaan tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan usia,</p> <p> 4. Meningkatkan jumlah peserta keluarga Berencana (KB) baik melalui penjangkauan pada pasangan yang sedang tidak hamil maupun klonseling KB pasca persalinan pada ibi hamil, sehingga terjadi penjarakkan kehamilan yang dapat mencegah stunting.</p> <p> <span style="color: rgb(0, 0, 205);"><span style="font-size: 16px;"><em><strong>Catatan!</strong></em></span></span></p> <p> <strong><span style="color: rgb(255, 0, 0);">PENANGGULANGAN STUNTING DAN PERAN BKKBN</span></strong></p> <p> <span style="color: rgb(165, 42, 42);"><strong>PENANGGULANGAN :</strong></span></p> <p> a. Program 1.000 hari pertama kelahiran (HPK) cegah stunting.</p> <p> b. Meningkatkan pengetahuan yang benar terhadap pola asuh anak.</p> <p> c. Pemberian ASI eksklusif.</p> <p> d, Imunisasi untuk menghindari infeksi pada anak.</p> <p> e. Hindari serangan cacing pada pencernaan anak.</p> <p> f. Pencegahan anemia pada remaja dan ibu hamil.</p> <p> g. Pelihara ekologi lingkungan sekitar dngan baik.</p> <p> h. Kendalikan peretumbuhan penduduk.</p> <p> <span style="color: rgb(165, 42, 42);"><strong>PERAN BKKBN</strong></span></p> <p> a. Pengendalian pertumbuhan penduduk melalui program KB.</p> <p> b. Mengvgiatkan kelompok BKB.</p> <p> c. Menggiatkan program Genre (Generasi Berencana).</p> <p> d. Mewujudkan program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP).</p> <p> <span style="color: rgb(255, 0, 0);"><strong><em><span style="font-size: 10px;">Sumber : Prof. dr. Fasli Jalal.</span></em></strong></span></p>
stunting
13 Nov 2018