<h3> <img src="/assets/CKImages/images/Jellyfish.jpg" style="margin-right: 10px; float: left; width: 100px; height: 100px;" /><span style="color: rgb(255, 0, 0);">MOP DAN MOW</span></h3> <p>  </p> <p> <strong>A. Latar Belakang</strong></p> <p style="text-align: justify;"> Salah satu fungsi BKKBN dalam melakukan upaya pengendalian kuantitas dan menyelenggarakan keluarga berencana adalah melakukan advoikasi dan koordinasi, serta menyelenggarakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana (Perka BKKBN No. 72/2011 Pasal 3). Kegiatan KIE program kependudukan, keuarga berencana dan pembangunan keluarga (KKBPK) dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga, PUS (Pasangan Usia Subur), WUS ( Wanita Usia Subur) dan remaja tentang ptogram KKBPK sehingga memiliki sikap positif dan ditandai dengan penerimaan terhadap program KKBPK.</p> <p style="text-align: justify;"> Pemakaian kontrasepsi merupakan salah variabel yang secara langsung berpengaruh terhadap tingkat fertilitas. Namun konytibusi permakaian kontrasepsi terhadap penurunan angka kelahiran tidak saja ditentukan oleh banyaknya pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kualitas pemakaiaannya. Terkait dengan itu, prioritas diberikan pada pemakaian jenis kontrasepsi yang mempunyai efektivitas atau daya lindung tinggi terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan.  Selain itu, sasaran pemakaian kontrasepsi juga lebih difokuskan pada pasangan usia subur muda (usia di bawah 30 tahun) dengan paritas rendah (jumlah anak paling banyak dua orang). Dengan meningkatnya pemakaian kontrasepsi yang efektif dan mempunyai daya lindung yang tinggi bagi pasangan usia subur muda paritas rendah penurunan angka kelahiran di Indonesia juga akan menjadi semakin besar.</p> <p style="text-align: justify;"> Teori Malthus dan Neo-Malthus menjelaskna bahwa penggunaan alat kontrasepsi akan dapat mengurangi jumlah kelahiran. Menurut Malthus, pembatasan pertumbuhan pendudkn dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, salah satunya dengan melakukan vise restraint (pengurangan kelahiran) yakni melalui penggunaan alat-alat kontrasepsi dan pengguguran kandungan. Karena dengan menggunakan alat kontrasepsi dapat menjarangkan atau membatasi kelahiran.</p> <p style="text-align: justify;"> Keterkaitan antara <em>CPR dan TFR</em> dapat dijelaskan dengan menggunakan suatu kerangka analisa <em>proximate determinants</em> dari fertilitas, yang dikemukakan oleh bongaarts.</p> <p style="text-align: justify;"> Berdasarkan Susenas 2013, didapatkan data CPR dan TFR untuk masing-masing kabupaten/kota. Analisis kuadran ini menekankan pada posisi provinsi dengan analisis nasional, sedangkan untuk kabupaten/kota di masing-masing provinsi dapat dikembangkan dengan pola yang sama. Data masing-masing kabupaten/kota dengan analisis provinsi juga ditampilkan untuk memberikan gambaran mengenai situasi provinsi yang bersangkutan.</p> <p style="text-align: justify;"> Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah alat kontrasepsi yang untuk menunda atau menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan, yang digunakan dengan jangka panjang, meliputi IUD, implant dan kintrasepsi mantap. Penggunaan Kontrasepsi Jangka Panjang (MPKJP) dinilai sebagai cara paling efektif untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Namun, edukasi mengenai pemakaian MPKJP di Indonesia masih menjadi masalah. Hal ini karena hasil survey (SDKI) menunjukkan pengetahuan tentang kontrasepsi sudah lebih dari 90 persen. Tetapi, yang memakainya hanya di bawah 60 persen. Oleh karena itu, terdapat kesenjangan antara pengetahuan mengenai kontrasepsi dan pemakaiannya. Informasi bahwa tersedia berbagai ragam kontrasepsi yang dapat diperoleh di berbagai tempat seperti dokter dan klinik atau untuk masyarakat yang tidak mampu gratis, perlu diberikan kepada masyarakat.</p> <p style="text-align: justify;"> Selain itu, langkah berikutnya yang paling penting adalah edukasi penggunaan alat kontrasepsi. harus dilakukan juga edukasi kepada masyarakat bahwa pasangan suami-istri yang memiliki anak sedikit bisa mensekolahkan anak lebih berhasil. oleh karena itu, penggunaan MPKJP di masyarakat sangat penting untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Meskipun masih terdapat berbagai masalah, masih banyak masyarakat yang memakai kontrasepsi jangka pendek seperti minum pil. Hal ini harus terus dipastikan agar tidak putus pakai, sehingga masih mungkin terlewat.</p> <p style="text-align: justify;"> Pemerintah harus terus mensosialisasikan soal MKJP dengan memberikan pemahaman mengenai jenis-jenis MKJP seperti IUD dan implan yang dinilainya lebih efektif dibandingkan pil atau suntik.</p> <p style="text-align: justify;"> Wujud dari perilaku ber-KB di antaranya dapat berupa penggunaan kontrasepsi (bagi PUS) dan penundaan perkawinan (bagi remaja). Untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku sasaran KIE maka diperlukan kegiatan advokasi. Kegiatan advokasi dilakukan untuk menciptakan dukungan, membangun konsensus dan mendorong iklim yang kondusif dan mendukung terhadap perubahan perilaku yang diharapkan dari sasaran KIE.</p> <p style="text-align: justify;"> <strong>B. Tujuan</strong></p> <p style="text-align: justify;"> Buku materi KIE MKJP ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para petugas KIE di lini lapangan dalam mengembangkan materi KIE tentang MKJP serta meningkatkan frekuensi KIE MKJP sekaligus berupaya untuk mendorong perubahan sikap dan perilaku masyarakat kepada metode kontrasepsi modern jangka panjang.</p> <p style="text-align: justify;"> <strong>C. Sasaran</strong></p> <p style="text-align: justify;"> Sasaram langsung buku materi KIE MKJP ini adalah:</p> <ol> <li style="text-align: justify;"> Petugas/Penyuluh Lapangan KB</li> <li style="text-align: justify;"> Pasangan Usia Subur (PUS)</li> <li style="text-align: justify;"> Masyarakat</li> </ol> <p> <span style="color: rgb(178, 34, 34);"><span style="font-size: 14px;"><strong>Kontrasepsi Mantap Bagi Pria (MOP) sebagai Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)</strong></span></span></p> <p> <span style="font-size: 14px;"><span style="font-size: 12px;">Metode Operasi Pria (MOP) adalah prosedur klinis untuk menghentikan kemampuan reproduksi pria dengan jalan melakukan pengikatan/ pemotongan saluran sperma (vas deferens) sehingga pengeluaran sperma terhambat dan pembuahan tidak terjadi.</span></span></p> <p> <strong><span style="font-size: 14px;"><span style="font-size: 12px;">Profil</span></span></strong></p> <ul> <li> <span style="font-size: 14px;"><span style="font-size: 12px;">Sangat efektif.</span></span></li> <li> <span style="font-size: 14px;"><span style="font-size: 12px;">Tidak ada efek samping jangka panjang.</span></span></li> <li> <span style="font-size: 14px;"><span style="font-size: 12px;">Tindak bedah yang aman dan sederhana. </span></span></li> <li> <span style="font-size: 14px;"><span style="font-size: 12px;">Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan.</span></span></li> <li> <span style="font-size: 14px;"><span style="font-size: 12px;">Konseling dan informed consent mutlak diperlukan.</span></span></li> </ul> <p> <strong>Batasan</strong></p> <p> Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. Vasektomi dilakukan dengan beberapa syarat : syarat sukarela, bahagia dan sehat.</p> <p> <span style="color: rgb(178, 34, 34);"><strong>Kondisi yang Memerlukan Perhatian Khusus bagi Tindakan Vasektomi</strong></span></p> <ul> <li> Infeksi kulit pada daerah operasi.</li> <li> infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien.</li> <li> Hidrokel atau varikokel yang besar.</li> <li> Hernia inguinalis.</li> <li> Filariasis (elefantiasis).</li> <li> Undesensus testikularis.</li> <li> Massa intraskrotalis.</li> <li> Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoa gulansia.</li> </ul> <p> <span style="color: rgb(178, 34, 34);"><strong>Konseling, Informasi, dan Persetujuan Tindakan Medis</strong></span></p> <ul> <li> Klien harus diberi infromasi bahwa prosedur vasektomi tidak mengganggu hormon pria atau menyebabkan perubahan kemampuan atau kepuasan seksual.</li> <li> Setelah prosedur vasektomi, gunakanlah salah satu kontrasepsi terpilih hingga spermatozoa yang tersisa dalam vesikula seminalis telah dikeluarkan seluruhnya. Secara empirik, sperma-analisis akan menujukkan hasil negatif setelah 15-20 kali ejakulasi.</li> </ul> <p> <span style="color: rgb(178, 34, 34);"><strong>Informasi bagi Klien</strong></span></p> <ul> <li> Pertahankan band aid selama 3 hari.</li> <li> Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan ditarik-tarik datau digaruk.</li> <li> Boleh mandi setelah 24 jam, asal daerah luka tidak basah. Setelah 3 hari luka boleh dicuci dengan sabun dan air.</li> <li> Pakaialah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi kering.</li> <li> Jika ada nyeri, berikan 1-2 tablet analgetik seperti parasetamol atau ibuprofen setiap 4-5 jam.</li> <li> Hindari mengangkat barang berat dan kerja keras untuk 3 hari.</li> <li> Boleh bersanggama sesudah hari ke 2-3. Namun untuk mencegah kehamilan, pakaialah kondom atau cara kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai ejakulasi 15-20 kali.</li> <li> Periksa semen 3 bulan pasca vasektomi atau sesudah 15-20 kali ejalukasi.</li> </ul> <p> <span style="color: rgb(178, 34, 34);"><strong>Penilaian Klinik</strong></span></p> <p> Riwayat sosiomedik yang perlu diketahui dari seorang calon akseptor vasektomi meliputi hal-hal berikut.</p> <ul> <li> Riwayat operasi atau trauma pada regio skrotalis atau inguinalis.</li> <li> Riwayat disfungsi seksual, termasuk impotensi.</li> <li> Kondisi area skrotalis (ketebalan kulit, parut atau infeksi)</li> <li> Temuan berupa undenensus testikularis, hidrokel / varikokel, massa intraskrotalis atau hernia inguinalis.</li> <li> Riwayat alergi.</li> <li> Adanya proteinuria atau diabetes mellitus.</li> </ul> <p> <span style="color: rgb(255, 140, 0);"><strong>Tempat Pelayanan dan Petugas Pelaksana Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)</strong></span></p> <p> Tim Medis VTP merupakan petugas kesehatan yang dilatih secara khusus untuk melakukan prosedur vasekotmi. di Indonesia, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang memiliki Tim Medis VTP merupakan fasilitas kesehatan terdepan yang dapat memberikan pelayanan kontrasepsi khusus ini. Walaupun prosedur vasektomi merupakan tindakan bedah minor, ketersediaan peralatan dan medikamentosa untuk tindakan gawat darurat merupakan syarat mutlak pelayanan. Akses ke fasilitas kesehatan rujukan juga harus tersedia setiap saat.</p> <p> <strong>Komplikasi</strong></p> <ul> <li> komplikasi dapat terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat setelah tindakan. komplikasi selama prosedur dapat berupa komplikasi akibat reaksi anafilaksis yang disebabkan oleh penggunaan lidokain atau manipulasi berlebihan terhadap anyaman pembuluh darah di sekitar vasa deferansi.</li> <li> Komplikasi pasca tindakan dapat berupa hematoma skrotalis, infeksi atau absespada testis, atrofi testis, epididimitis kongestif, atau peradangan kronik granuloma di tempat insisi. Penyulit jangka panjang yang dapat mengganggu upaya pemulihan fungsi reproduksi adalah terjadinya antibodi sperma.</li> </ul> <p> <em><span style="font-size: 10px;">(Kutipan Materi KIE Dit Advo &KIE BKKBN)</span></em></p> <p> <em><span style="color: rgb(178, 34, 34);"><span style="font-size: 10px;">Admin; Bidang Dalduk DP2KBP3A Kab. Badung.</span></span></em></p>
KONTRASEPSI MANTAP BAGI PRIA
01 Mar 2018